Sebagai orang Jogja yang suka
makan manis-manis, salah satu makanan atau jajanan favorit saya adalah jenang,
tapi jenang yang saya maksud bukan jenang kering yang dibungkus-bungkus itu
akan tetapi jenang basah yang biasa ada di pasar-pasar tradisional.
Untuk saya pribadi punya tempat
favorit untuk membeli jenang dan tempat itu adalah jenang legendaris
lempuyangan yang ada di pasar lempuyangan. Saya tidak ingat siapa penjual atau
jenang itu terkenal dengan sebutan jenang apa tapi yang jelas saya sudah sejak
dari kecil beli jenang di pasar lempuyangan dan menyukai jenang itu.
Beberapa orang dan juga media
mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan jenang langganan para Presiden dan
Raja-raja karena dari dulu memang sering menjadi langganan banyak orang
termasuk para Presiden, pejabat, menteri, dan juga keluarga Keraton.
Dekade 90-an, penjual jenang
lempuyangan ini masih simbok-simbok tua yang sering bercerita kalo banyak yang
suka membeli jenang dagangannya, beberapa diantaranya adalah Alm Pak Radius
Prawirodirjo. Sekarang penjual jenang lempuyangan ini sepertinya anaknya.
Saya terakhir makan jenang
lempuyangan ini awal-awal tahun 2000-an dan baru-baru ini kembali menyantap
jenang yang lezat ini. Soal rasa, sama sekali tidak berubah tetap seperti dulu.
Harganya juga murah meriah cukup 4.000 rupiah satu porsi.
Yang berubah hanya waktu
berjualannya, seingat saya dulu jenang ini baru berjualan sekitar pukul 9 pagi
hingga habis atau sekitar pukul 11 siang, tapi kalo sekarang jam 7 pagi sudah
buka dan jam 9 sudah habis.
Setelah beberapa minggu lamanya
ngidam jenang lempuyangan, pada hari Sabtu kmrn saya menyempatkan diri untuk
menyambangi pasar lempuyangan.
Lokasi tempat berjualan jenang
ini mudah sekali untuk ditemukan, dari pintu utama pasar lempuyangan masuk saja
hingga persimpangan kedua, kemudian kekiri. Penjual jenang itu ada di ujung
selatan atau sebelah kiri dari los pasar.
Sesampainya ditempat penjual
jenang itu, saya segera memesan jenang merah atau jenang mutiara yang merupakan
jenang favorit saya. Ada beberapa jenang lain seperti jenang sumsum yang
berwarna putih, jenang grendhul, dan jenang coklat atau sumsum merah.
Ketika baru saja saya duduk dan
menikmati suapan pertama jenang merah, tiba-tiba sang penjual berteriak, “Pak
Bondaaaan, monggo pinarak... makan jenang... ”. Saya pun menoleh mengikuti arah
kemana sang penjual itu berteriak, dan benar saja ternyata Pak Bondan “Maknyuss”
muncul dari belakang sambil tersenyum.
Suasana kemudian mendadak menjadi meriah didominasi oleh percakapan antara sang penjual jenang dengan Pak Bondan yang sibuk berfoto-foto. Saya sempat diminta untuk berpose sedemikian rupa oleh Pak Bondan, hehehee... sekali-kali jadi model dadakan.
Suasana kemudian mendadak menjadi meriah didominasi oleh percakapan antara sang penjual jenang dengan Pak Bondan yang sibuk berfoto-foto. Saya sempat diminta untuk berpose sedemikian rupa oleh Pak Bondan, hehehee... sekali-kali jadi model dadakan.
Setelah selesai berfoto-foto, Pak
Bondan pun segera duduk dan memesan jenang merah dengan porsi yang tidak
terlalu banyak.
Karena saking enaknya jenang yang
saya makan, saya malah jadi lupa tidak menyempatkan diri untuk ngobrol dengan
Pak Bondan, seperti terbius oleh nikmatnya jenang merah yang manis dan
lengketnya sampai ke ubun-ubun... hehehhehee...
Tidak terasa, tiba-tiba habis
sudah jenang saya. Ingin nambah satu porsi lagi tapi antrian pembeli sudah
mengular, akhirnya saya sudahi kunjungan saya ke kuliner khas Jogja yang satu
ini. Tidak lama setelah Pak Bondan pamit mundur, saya pun juga meninggalkan
tempat itu.
Bagi anda yang ingin mencicipi
jenang lempuyangan ini, silahkan datang ke Pasar Lempuyangan los kedua sisi
selatan paling ujung. Harga jenangnya cukup 4 ribu saja. Buka mulai jam 7 pagi
hingga sekitar jam 9 pagi.
No comments:
Post a Comment