Tuesday, January 10, 2017

Menikmati Jenang Lempuyangan



 
Sebagai orang Jogja yang suka makan manis-manis, salah satu makanan atau jajanan favorit saya adalah jenang, tapi jenang yang saya maksud bukan jenang kering yang dibungkus-bungkus itu akan tetapi jenang basah yang biasa ada di pasar-pasar tradisional. 

Untuk saya pribadi punya tempat favorit untuk membeli jenang dan tempat itu adalah jenang legendaris lempuyangan yang ada di pasar lempuyangan. Saya tidak ingat siapa penjual atau jenang itu terkenal dengan sebutan jenang apa tapi yang jelas saya sudah sejak dari kecil beli jenang di pasar lempuyangan dan menyukai jenang itu.

Beberapa orang dan juga media mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan jenang langganan para Presiden dan Raja-raja karena dari dulu memang sering menjadi langganan banyak orang termasuk para Presiden, pejabat, menteri, dan juga keluarga Keraton. 

Dekade 90-an, penjual jenang lempuyangan ini masih simbok-simbok tua yang sering bercerita kalo banyak yang suka membeli jenang dagangannya, beberapa diantaranya adalah Alm Pak Radius Prawirodirjo. Sekarang penjual jenang lempuyangan ini sepertinya anaknya. 

Saya terakhir makan jenang lempuyangan ini awal-awal tahun 2000-an dan baru-baru ini kembali menyantap jenang yang lezat ini. Soal rasa, sama sekali tidak berubah tetap seperti dulu. Harganya juga murah meriah cukup 4.000 rupiah satu porsi. 

Yang berubah hanya waktu berjualannya, seingat saya dulu jenang ini baru berjualan sekitar pukul 9 pagi hingga habis atau sekitar pukul 11 siang, tapi kalo sekarang jam 7 pagi sudah buka dan jam 9 sudah habis.

Setelah beberapa minggu lamanya ngidam jenang lempuyangan, pada hari Sabtu kmrn saya menyempatkan diri untuk menyambangi pasar lempuyangan. 

Lokasi tempat berjualan jenang ini mudah sekali untuk ditemukan, dari pintu utama pasar lempuyangan masuk saja hingga persimpangan kedua, kemudian kekiri. Penjual jenang itu ada di ujung selatan atau sebelah kiri dari los pasar.

Sesampainya ditempat penjual jenang itu, saya segera memesan jenang merah atau jenang mutiara yang merupakan jenang favorit saya. Ada beberapa jenang lain seperti jenang sumsum yang berwarna putih, jenang grendhul, dan jenang coklat atau sumsum merah.

Ketika baru saja saya duduk dan menikmati suapan pertama jenang merah, tiba-tiba sang penjual berteriak, “Pak Bondaaaan, monggo pinarak... makan jenang... ”. Saya pun menoleh mengikuti arah kemana sang penjual itu berteriak, dan benar saja ternyata Pak Bondan “Maknyuss” muncul dari belakang sambil tersenyum.

Suasana kemudian mendadak menjadi meriah didominasi oleh percakapan antara sang penjual jenang dengan Pak Bondan yang sibuk berfoto-foto. Saya sempat diminta untuk berpose sedemikian rupa oleh Pak Bondan, hehehee... sekali-kali jadi model dadakan.
Setelah selesai berfoto-foto, Pak Bondan pun segera duduk dan memesan jenang merah dengan porsi yang tidak terlalu banyak. 


Karena saking enaknya jenang yang saya makan, saya malah jadi lupa tidak menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Pak Bondan, seperti terbius oleh nikmatnya jenang merah yang manis dan lengketnya sampai ke ubun-ubun... hehehhehee...


Tidak terasa, tiba-tiba habis sudah jenang saya. Ingin nambah satu porsi lagi tapi antrian pembeli sudah mengular, akhirnya saya sudahi kunjungan saya ke kuliner khas Jogja yang satu ini. Tidak lama setelah Pak Bondan pamit mundur, saya pun juga meninggalkan tempat itu.

Bagi anda yang ingin mencicipi jenang lempuyangan ini, silahkan datang ke Pasar Lempuyangan los kedua sisi selatan paling ujung. Harga jenangnya cukup 4 ribu saja. Buka mulai jam 7 pagi hingga sekitar jam 9 pagi.

No comments:

Post a Comment