Friday, December 30, 2016

Nebeng ke Berlin


Jadi ceritanya waktu itu saya sedang liburan akhir tahun karena sudah selesai ujian di kampus, dan resmi mengambil liburan untuk refreshing jalan-jalan keliling Eropa. Tujuan saya waktu itu adalah ke Italia dan ke Jerman dengan tujuan utama merayakan malam tahun baru di Berlin.

Awalnya saya berencana untuk merayakan malam tahun baru di Paris, tapi setelah menimbang, mengingat, memperhatikan, dan memikirkan berbagai macam hal, termasuk resikonya, akhirnya saya memutuskan untuk memindahkan perayaan malam tahun baru saya ke Berlin. Padahal tadinya mau ke Paris untuk merayakan tahun baru sekalian ketemuan dengan teman yang datang dari Florida.

Saya tiba di Jerman melalui penerbangan dari Milan, dan mendarat di Bremen. Dari Bremen saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta ke Goettingen via Hannover. Saya menghabiskan waktu selama kurang lebih 1 minggu di Goettingen. Rencana selanjutnya setelah dari Goettingen saya mau ke Berlin untuk bertahun baruan ria. Di Brandenburg niatnya pada 29 Desember saya akan mengunjungi Potsdam terlebih dahulu selama 1 hari penuh untuk mengunjungi tempat dilaksanakannya pertemuan atau perjanjian Potsdam. Kemudian baru tanggal 30 dan 31 Desember saya berkeliling Berlin untuk melihat-lihat kota yang bersejarah itu.

Berlin berada di Jerman sisi Timur sedangkan Goettingen tempat saya berada saat itu berada di Jerman bagian tengah. Jarak antara kedua kota itu kurang lebih sekitar 330 km.

Rute Perjalanan dari Goettingen ke Berlin

Pada waktu itu saya belum menentukan akan naik apa ke Berlin, karena saya memang ingin jalan santai dan tidak terburu-buru. Walaupun begitu saya sudah mempertimbangkan beberapa moda transportasi yang akan saya naiki, yang mana kesemuanya adalah moda transportasi darat entah itu dengan menggunakan kereta api, bus, numpak sikil, ngesot menggunakan jasa hitchhiking atau nebeng.

Dari opsi yang tersedia, yang paling mudah dan selalu available adalah kereta api. Tapi karena kereta api termasuk moda yang mahal di Eropa dan kurang greget menantang bagi saya untuk perjalanan kali ini maka opsi ini tidak terlalu saya perhatikan. Bus juga kurang menarik bagi saya karena sudah terlalu sering naik bus di Ceko. Pilihan terakhir adalah nebeng mobil dengan menggunakan blablacar, carpooling, atau mitfahrgelegenheit.

blablacar, carpooling, ataupun mitfahrgelegenheit adalah semacam crowd service yang gunanya untuk mencari atau memberikan tebengan ke orang lain. Biasanya para pemberi tebengan akan memasang tarif patungan (bisa juga tidak) untuk membayar bensin. Lumayan untuk menghemat biaya dan mengurangi polusi. Kalo di Indonesia seperti nebengers dsb.

Setelah mendengarkan saran dari para sesepuh, dedengkot, penguasa, dan para mbaurekso di Goettingen, akhirnya saya mencoba mencari tebengan mobil dari Goettingen ke Berlin. Yang ada dipikiran saya waktu itu, saya akan dengan mudah menemukan tebengan dalam waktu sekejap.

Akan tetapi sodara-sodara, realita berkata lain. Gampang-gampang susah ternyata mencari tebengan. Apalagi kalo kita tidak punya track record nebeng atau memberi tebengan, plus kita adalah orang asing dari Planet Namec negara lain.

Tampilan situs blablacar

Saya pertama mencoba carpooling, tidak ada respon sama sekali. Percobaan gagal. Selanjutnya saya coba lagi request nebeng untuk rute Berlin ke Praha (Rute Pulang ke Ceko), hasilnya sama saja. Karena saya user baru yang belum memiliki track record sehingga membuat ragu para pemberi tebengan.

Sempat kepikiran mau berdiri di pinggir jalan sambil menjulurkan kaki agar mobil-mobil mau berhenti dan menawarkan tumpangan seperti di pelem-pelem itu, tapi setelah saya pikir-pikir cara itu tidak akan berhasil mengingat kaki saya yang berbulu, ototnya methekol, dan ada bekas jahitan sisa kecelakaan satu dekade silam. 😐 Yang ada malah ditangkep Polisi Jerman ntar 😂

Sumber : youtube.com


Pencarian terus berlanjut, saya mencoba beberapa opsi dengan memindahkan rute start saya ke Frankfurt, Kassel, dan wilayah-wilayah sekitar Jerman tengah. Karena wilayah Frankfurt rata-rata penduduknya adalah orang kayah, maka tawaran nebeng yang di tawarkan cukup menggiurkan ; Gratis dan menggunakan mobil mercedes atau BMW seri terbaru 😍😍. Sayangnya tawaran nebeng yang seperti ini sangat cepat laku, laris manis tanjung kimpul. Yang tersisa hanya pemberi tebengen dengan mobil standar dan meminta patungan tebengan sebesar 17 Euro hingga 28 Euro untuk rute Jerman Tengah ke Berlin.

😎😎😎😎
Saya tidak menyerah sebelum janur kuning melengkung dan terus mencoba, kali ini via blablacar, saya cari rute dari Goettingen ke Berlin, kebetulan pas ada 2 orang yang menawarkan rute itu pada tanggal yang saya inginkan. Masing-masing meminta tarif patungan sebesar 17 Euro (tarif termurah standar). Langsung saja saya book tanpa mikir panjang. Sembari menunggu saya juga browsing dan mencari informasi di situs traveller lain. 

Usut punya usut, ternyata perusahaan kereta api Jerman yaitu Deutchebahn juga menyediakan tarif khusus saat weekend, yaitu 76 Euro untuk 5 orang penumpang dengan rute jauh maupun dekat. Segera saya berburu, mencari kemungkinan adanya kesempatan untuk nebeng melalui kereta api dengan tujuan ke Berlin. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, mancing gurame dapetnya lele dumbo, ada sepasang anak muda yang menawarkan tebengan ke Berlin. Saya pun segera book 1 seat. Pada waktu itu hanya tersisa 2 seat untuk trip yang ditawarkan. Setelah satu hari menunggu, saya pun mendapat respon dari sang pemberi tebengan, dan jawaban yang diberikan tidaklah terlalu mengejutkan. Sang pemberi tebengan menolak semua book yang diajukan dan memutuskan untuk berpergian sendiri berpasangan tanpa memberikan tebengan. Nein, fisch lele dumbo sepo rasane......😓

Saya pun kembali ke blablacar untuk mengecek booking saya, hasilnya? 1 pemberi tebengan menolak saya dan lebih prefer menerima orang lain. 1 pemberi tebengan lain menerima booking saya, dan saya pun jadi merayakan tahun baru di Berlin. Josss Gandhos, Top Markotob....!!! 😎

Sesuai hasil kontak via SMS dengan pemberi tebengan, deal saya waktu itu adalah : 
  • Tempat start dari depan Goettingan Hauptbahnhoff, 
  • Pukul 5 sore 
  • Kendaraan Skoda Octavia warna silver
  • Tas Luggage 1 (jika membawa)
  • Biaya 17 Euro
  • Tujuan Berlin, di kecamatan Charlottenburg RT 01 RW 02 samping rumah Mbah Marjo (Berlin barat) 😛
Pada hari H saya pun segera bergegas menuju ke stasiun kereta, tempat dimana saya akan bertemu dengan pemberi tebengan. Pukul 16:20 saya sudah di tekape, sengaja datang lebih awal karena orang Jerman yang sangat tepat waktu (daripada saya telat terus ditinggal). 

Pukul 16:35, saya mulai celingak celinguk mencari mobil warna silver, karena saya tidak tau mobil skoda octavia itu seperti apa bentuknya. Saya hanya tau itu adalah mobil buatan Ceko. Patokan saya adalah cek merk mobil dan warnanya, masalah bentuk itu belakangan. Lahan parkir di stasiun pun saya rambah, setiap mobil silver saya cek merknya, hasilnya none. Belum datang sepertinya sang pemberi tebengan.
Skoda Octavia
Sumber : autotrader.co.uk

Pukul 16:55, sebuah mobil berwarna silver datang dan berhenti tepat di depan pintu masuk tempat parkir. Saya cek merk mobilnya ternyata Skoda Octavia. Pengemudinya turun dari mobil dan datang menghampiri saya sambil bertanya, "Prilo? Herr Prilo?". "Ja.." jawab saya.

Kami pun berjabat tangan, mengkonfirmasi ulang booking serta biaya, dan tanpa banyak basa-basi, dia pun langsung membuka bagasi dan meminta saya menaruh tas saya ke dalam bagasi. Sedetik kemudian orang lain yang juga ikut nebeng di mobil itu juga menaruh tas nya ke dalam bagasi. Saya pun berkenalan dengannya dan kemudian masuk ke dalam mobil.

Pukul 17:00 kendaraan berangkat menuju Berlin, tepat pada waktunya tanpa meleset 1 menit pun. German Punctuality 😉

Di dalam mobil itu, isinya 4 orang. Saya duduk di seat belakang bersama penumpang lain yang juga nebeng. Sementara di depan sang driver bersama seorang wanita yang sepertinya adalah kerabatnya. 

Sepanjang perjalanan hujan deras, kendaraan yang kami tumpangi melaju dengan sangat kencang melewati jalur antara kota. Dari pengamatan saya, tidak ada mobil yang berjalan lambat di jalur itu, semuanya melaju dengan kencang diatas 120 km/jam. Sepertinya kendaraan yang melaju di jalur itu memang harus memacu kendaraannya minimal 80 km/jam (kalo saya tidak salah lihat rambu).

Saya sempat nyengir melihat mobil-mobil buatan Jerman seperti Mercedes dan BMW melenggang dengan enaknya menyalip kendaraan yang saya tumpangi, dan dalam sekejap mobil-mobil itu hilang dari pandangan. Wwwuuuuzzzzzzzzzzz..............😂

Sesaat kemudian saya pun juga wwuuzzzzzzzz.... tertidur pulas karena saking rata dan mulusnya jalan raya di Jerman tanpa adanya gronjalan, lubang menganga, dan juga pohon pisang atau kolam ikan lele dadakan.

Saya terbangun menjelang memasuki kabupaten Brandenburg, lalu lintas agak sedikit padat menuju ke arah Berlin. Hari sudah gelap saat itu, tapi  hujan sudah reda. Sang pemberi tebengan memberitahu bahwa kendaraan sebentar lagi akan menuju ke arah Charlottenburg, dekat terminal bus Berlin.

Tidak lama kemudian mobil pun berhenti di salah satu ruas jalan. Sang pemberi tebengan memberitahu bahwa perjalanan berhenti cukup sampai disini dan mengatakan kepada saya bahwa ada stasiun metro di sebelah kanan, setelah belokan. Saya pun segera keluar dari mobil dan mengambil tas backpack saya, serta memberikan ongkos 17 Euro yang telah disepakati bersama. Tak lupa saya mengucapkan Danke und Aufwiedersehen, Terima kasih dan Selamat Jalan.

Waktu menunjukkan pukul 20:00 atau jam 8 malam tepat (another evidence of German Punctuality). Berarti lama perjalanan adalah 3 jam dari Goettingen ke Berlin. Speed rata-rata mobil 100 km/jam. Not Bad 😉

Dari situ perjalanan saya lanjutkan dengan menggunakan metro S-bahn/U-bahn menuju ke Berlin Tempelhof, ke tempat dimana hotel tempat saya akan menginap berada.



Begitulah hitchhike saya, aman dan nyaman, serta bersahabat dikantong. Bagi yang mau mencoba hitchhiking di Eropa silahkan, relatif aman dan terjamin koq.

2 comments:

  1. Neng indonesia kok raono sik koyo ngono yo?

    ReplyDelete
  2. coba cek nebengers.com banyak koq yg pengguna nebengers. Kalo yg pake situs ya itu tapi kl yg berdasarkan konsensus atau persetujuan di jalan jg banyak, tapi jarang terexpose.

    ReplyDelete