Monday, December 26, 2016

Trowulan, Bekas Ibukota Kerajaan Majapahit


Trowulan. Ketika mendengar nama itu pikiran saya langsung tertuju ke salah satu kerajaan besar di masa lalu. Kerajaan yang mempunyai cakupan wilayah yang sangat luas hingga ke negeri seberang. Kerajaan yang memiliki angkatan perang yang kuat, dan kebudayaan yang maju. Sudah beberapa tahun lamanya saya berniat untuk mengunjungi Trowulan, namun baru tercapai tahun ini.

Perjalanan ke Trowulan yang berada di wilayah Mojokerto, saya tempuh dari Surabaya. Bersama dengan saudara yang sangat berbaik hati mengantar ke wilayah yang berjarak sekitar satu hingga 2 jam dari Surabaya itu. Kami berangkat sekitar pukul 9 pagi dan karena jalanan sedikit macet, kami tiba di Trowulan tepat pada pukul 11:00.


Saya sedikit terkesima ketika memasuki wilayah Mojokerto, karena di sepanjang jalan raya terutama ketika mendekati Trowulan, banyak rumah-rumah yang membangun semacam replika rumah jaman Majapahit di halaman rumahnya. Cara yang cukup bagus untuk melestarikan salah satu peninggalan budaya masa lampau.

Ketika tiba di Trowulan, kami langsung menuju ke pusat informasi Trowulan yang letaknya berada di selatan kolam segaran.



Di pusat informasi Trowulan ini, terdiri atas 3 ruangan indoor yaitu sayap utara yang berisi benda-benda peninggalan Majapahit yang terbuat dari logam, termasuk diantaranya pusaka. Kemudian di bagian tengah merupakan lobby utama, dan dibagian sayap selatan merupakan ruangan yang paling besar yang isinya benda-benda peninggalan berupa tembikar yang terbuat dari tanah liat.

Selanjutnya dibagian belakang terdapat pendopo yang berukuran besar, sayang saya tidak sempat melihat-lihat bagian ini 😐. Di sebelah selatan pendopo terdapat semacam situs yang berupa sisa-sisa bangunan rumah jaman majapahit.

Dari pusat informasi Trowulan ini perjalanan kami lanjutkan ke Candi Tikus yang terletak di sebelah timur dari Pusat Informasi Trowulan. Perjalanan ke Candi Tikus tidak lama, hanya memakan waktu beberapa menit saja.


Candi Tikus ini cukup unik bentuknya menurut saya, karena candinya terendam air. Sepanjang perjalanan dari Pusat Informasi Trowulan tadi saya terus melihat ke arah selatan mencari-cari Kanal kuno seperti yang ada di peta lokasi Trowulan tapi sepertinya saya tidak menemukan kanal kuno yang saya cari itu. (atau mungkin terlewatkan oleh saya?)

Karena singkatnya waktu, perjalanan kemudian saya lanjutkan ke Sleeping Budha. Saya sempat bertanya kepada petugas di loket dimanakah letak Sleeping Budha itu karena di peta lokasi tidak tercantum. Ternyata Sleeping Budha berada di sekitar Siti Inggil atau berada di sebelah utara jalan raya Jombang - Surabaya. Kami pun segera menuju kesana setelah mengetahui dimana lokasi Sleeping Budha yang kami cari.


Dan akhirnya kami berhasil menemukan Sleeping Budha yang kami cari. Letaknya di sebuah Vihara tidak terlalu jauh dari jalan raya, hanya saja jalan untuk menuju ke Vihara ini sangat kecil karena merupakan jalan kampung yang hanya cukup untuk dilalui 1 mobil saja.

Waktu menunjukkan pukul 12:30 dan sudah saatnya kami pergi meninggalkan Trowulan dan kembali ke Surabaya. Sayang memang karena masih banyak yang harus dijelajahi dan dilihat, tapi ya tidak apa-apa lah untuk sebuah kunjungan perdana. Lain kali bisa kembali lagi kesini untuk menglihat-lihat semua site peninggalan yang ada di peta. 😀

Dari kunjungan saya yang singkat ke Trowulan itu, saya sangat menyayangkan kondisi Trowulan yang sepertinya tidak terawat dan tidak dikelola secara baik. Andai saja semua site yang ada di integrasikan dengan satu tiket pass maka pengunjung tidak akan perlu repot-repot harus membeli tiket masuk di setiap site. Kemudian masalah parkir juga demikian, agak susah jika mau parkir karena kurangnya spot dan jalan yang sempit. Kondisi situs Trowulan seandainya dilakukan penggalian, penataan, dan perawatan lebih lanjut tentu akan sangat bagus. 

Catatan :
  • Tiket Masuk 3 ribu per orang per site
  • Parkir mobil 5 ribu per site 
  • Jalanan di area Trowulan sedikit rusak dan kecil


No comments:

Post a Comment