Tuesday, January 31, 2017

Bakmi Jowo Mbah Gito




Pada hari Senin yang lalu saya kedatangan teman dari Jakarta, dan sebagai tuan rumah yang baik, saya mengajak teman saya untuk menikmati kuliner khas kota Jogja. Tempat yang saya pilih kali ini adalah Bakmi Jowo Mbah Gito yang terletak di jalan Nyi Ageng Nis di kawasan Jogja bagian selatan, dekat dengan kotagedhe.

Bakmi Mbah Gito ini tergolong masih baru, namun cepat sekali terkenal karena tempatnya yang unik  – terbuat dari kayu-kayu sehingga memberikan kesan natural alamiah. Selain itu pakaian peranakan jawa yang dipakai oleh seluruh kru Mbah Gito menambah kesan yg sangat “Njawani” sehingga lumrah jika kemudian kuliner Mbah Gito menjadi sangat khas. 

Kunjungan saya ke Bakmi Jowo Mbah Gito kali ini merupakan kunjungan saya yang ketiga kalinya, dan seperti biasa dimana pun saya menikmati kuliner yang menyediakan menu Bakmi dan Nasi Goreng, saya selalu memesan nasi goreng. Maklum, sudah kebiasaan hehehee...



 Bakmi Mbah Gito ini buka setiap hari, namun ketika kemarin saya kesana terpampang pengumuman yang berbunyi bahwa mulai Februari 2017 ini Bakmi Mbah Gito akan tutup setiap hari senin. Hari lainnya akan buka seperti biasa. Jadi kunjungan saya kesana pada hari senin tgl 30 Januari itu ternyata merupakan hari senin terakhir Bakmi Mbah Gito buka karena minggu depannya sudah berlaku jam buka yang baru yaitu Selasa – Minggu.

Mengenai menunya, ada beberapa pilihan mulai dari nasi goreng, magelangan, mie rebus, mie goreng, hingga rica-rica ayam kampung. Untuk minumannya ada teh poci, teh (bukan poci), jeruk, lemon tea, wedhang jahe, wedhang uwuh, saparela, kopi, hingga softdrink. Harganya? Untuk satu porsi nasi goreng 18.000 rupiah, untuk Mie rebus campur 22.000 rupiah. Minumannya 7.000 untuk teh poci, dan 5.000 untuk teh biasa. Cukup terjangkau di kantong pokoknya.


Sewaktu saya kesana kmrn suasana masih sore hari sehingga tidak banyak pengunjung hanya satu-dua saja. Tidak berapa lama pesanan nasi goreng saya datang, porsi nasi gorengnya lumayan, pas di perut, rasanya juga enak. 

Bagi anda yang ingin kesana, saya sarankan datang lebih awal agar mendapatkan tempat karena jika anda datang pas jam nya makan malam misalnya, anda harus mengantri cukup lama.

Tuesday, January 10, 2017

Menikmati Jenang Lempuyangan



 
Sebagai orang Jogja yang suka makan manis-manis, salah satu makanan atau jajanan favorit saya adalah jenang, tapi jenang yang saya maksud bukan jenang kering yang dibungkus-bungkus itu akan tetapi jenang basah yang biasa ada di pasar-pasar tradisional. 

Untuk saya pribadi punya tempat favorit untuk membeli jenang dan tempat itu adalah jenang legendaris lempuyangan yang ada di pasar lempuyangan. Saya tidak ingat siapa penjual atau jenang itu terkenal dengan sebutan jenang apa tapi yang jelas saya sudah sejak dari kecil beli jenang di pasar lempuyangan dan menyukai jenang itu.

Beberapa orang dan juga media mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan jenang langganan para Presiden dan Raja-raja karena dari dulu memang sering menjadi langganan banyak orang termasuk para Presiden, pejabat, menteri, dan juga keluarga Keraton. 

Dekade 90-an, penjual jenang lempuyangan ini masih simbok-simbok tua yang sering bercerita kalo banyak yang suka membeli jenang dagangannya, beberapa diantaranya adalah Alm Pak Radius Prawirodirjo. Sekarang penjual jenang lempuyangan ini sepertinya anaknya. 

Saya terakhir makan jenang lempuyangan ini awal-awal tahun 2000-an dan baru-baru ini kembali menyantap jenang yang lezat ini. Soal rasa, sama sekali tidak berubah tetap seperti dulu. Harganya juga murah meriah cukup 4.000 rupiah satu porsi. 

Yang berubah hanya waktu berjualannya, seingat saya dulu jenang ini baru berjualan sekitar pukul 9 pagi hingga habis atau sekitar pukul 11 siang, tapi kalo sekarang jam 7 pagi sudah buka dan jam 9 sudah habis.

Setelah beberapa minggu lamanya ngidam jenang lempuyangan, pada hari Sabtu kmrn saya menyempatkan diri untuk menyambangi pasar lempuyangan. 

Lokasi tempat berjualan jenang ini mudah sekali untuk ditemukan, dari pintu utama pasar lempuyangan masuk saja hingga persimpangan kedua, kemudian kekiri. Penjual jenang itu ada di ujung selatan atau sebelah kiri dari los pasar.

Sesampainya ditempat penjual jenang itu, saya segera memesan jenang merah atau jenang mutiara yang merupakan jenang favorit saya. Ada beberapa jenang lain seperti jenang sumsum yang berwarna putih, jenang grendhul, dan jenang coklat atau sumsum merah.

Ketika baru saja saya duduk dan menikmati suapan pertama jenang merah, tiba-tiba sang penjual berteriak, “Pak Bondaaaan, monggo pinarak... makan jenang... ”. Saya pun menoleh mengikuti arah kemana sang penjual itu berteriak, dan benar saja ternyata Pak Bondan “Maknyuss” muncul dari belakang sambil tersenyum.

Suasana kemudian mendadak menjadi meriah didominasi oleh percakapan antara sang penjual jenang dengan Pak Bondan yang sibuk berfoto-foto. Saya sempat diminta untuk berpose sedemikian rupa oleh Pak Bondan, hehehee... sekali-kali jadi model dadakan.
Setelah selesai berfoto-foto, Pak Bondan pun segera duduk dan memesan jenang merah dengan porsi yang tidak terlalu banyak. 


Karena saking enaknya jenang yang saya makan, saya malah jadi lupa tidak menyempatkan diri untuk ngobrol dengan Pak Bondan, seperti terbius oleh nikmatnya jenang merah yang manis dan lengketnya sampai ke ubun-ubun... hehehhehee...


Tidak terasa, tiba-tiba habis sudah jenang saya. Ingin nambah satu porsi lagi tapi antrian pembeli sudah mengular, akhirnya saya sudahi kunjungan saya ke kuliner khas Jogja yang satu ini. Tidak lama setelah Pak Bondan pamit mundur, saya pun juga meninggalkan tempat itu.

Bagi anda yang ingin mencicipi jenang lempuyangan ini, silahkan datang ke Pasar Lempuyangan los kedua sisi selatan paling ujung. Harga jenangnya cukup 4 ribu saja. Buka mulai jam 7 pagi hingga sekitar jam 9 pagi.

Saturday, January 7, 2017

Malam Tahun Baru di Berlin - Part 2



Sekitar pukul 9 malam hujan gerimis mulai reda, saya pun bergegas meninggalkan Berlin Hauptbahnhof menuju ke pusat perayaan malam tahun baru. Orang-orang sudah tidak terlalu banyak yang berdatangan ke pusat acara karena kebanyakan mereka sudah datang lebih awal untuk melihat seluruh acara yang telah disiapkan.

Puncak acara pergantian malam tahun baru di Berlin di pusatkan di Brandenburg Gate, dengan panggung raksasa yang menghadap ke barat, lurus ke boulevard jalan 17 Juni yang menuju ke Siegessaule atau Victory Column.

Sunday, January 1, 2017

Malam Tahun Baru di Berlin - Part 1



Waktu itu 31 Desember 2013, dan saya sedang berada di Berlin, Jerman untuk jalan-jalan dan merayakan tahun baru di Berlin setelah sebelumnya mengunjungi Goettingen dan Potsdam. 

Saat itu rencana saya adalah merayakan tahun baru di Berlin dan besok paginya tanggal 1 Januari 2014 saya bertolak menuju Praha untuk melihat pesta kembang api di Praha pada malam 2 Januari, sebelum akhirnya kembali ke Brno.